PASRAH dalam ketidak pastian. Merenung diantara gejolak jiwa meronta. Ada yang tak tahu lagi harus berbuat apa. Namun, kehidupan harus terus tetap dilakoni walau di tengah terjangan “badai” pandemi yang telah memporak porandakan harapan setiap manusia.
Setidaknya, begitulah sekelumit cerita sebagian warga Dataran Tinggi Gayo Aceh Tengah dan Bener Meriah di Provinsi Aceh yang mengantungkan sumber ekonomi keluarganya dari komoditi pertanian kopi.
Betapa tidak! Sejak Covid-19 merebak dipenghujung 2019 lalu, ada kegelisahan di hati mereka. Nilai jual kopi tak kunjung stabil, berimbas terhadap mulai sulitnya memenuhi tuntutan kebutuhan hidup.
Sebagaimana diketahui, 80 persen warga di wilayah tengah Aceh ini merupakan petani kopi. Mereka mengandalkan tanaman penghasil caffein itu untuk menunjang kebutuhan, mulai dari keperluan dapur hingga biaya sekolah anak maupun lainnya.
Ditengah kondisi harga kopi yang belum menentu tersebut, baru-baru ini masyarakat di daerah dingin itu dikunjungi Menteri Koperasi dan UKM RI. Ada harapan baru bagi petani, setidaknya hadirnya Menteri dan rombongan diharap dapat membantu mengurai segenap persoalan tentang kopi gayo di masa pandemi.
“Saat pandemi ini kita harus membangun kelembagaan kopi agar lebih baik lagi. Kami berupaya membantu dengan memperkuat koperasi di dataran tinggi Gayo ini,” kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, saat berdialog dengan anggota Koperasi Baitul Qiradh Baburayyan di Kecamatan Pegasing.
Melihat potensi yang besar disektor pertanian dan perkebunan di daerah itu, Menteri Koperasi dan UKM selain menegaskan perlunya memperkuat koperasi kopi karena menyangkut kehidupan masyarakat yang mayoritas bertani, juga pentingnya meningkatkan hasil produksi kopi.
Dikesempatan itu Bupati Aceh Tengah, Shabela Abubakar menyebutkan, pihaknya juga berupaya mendukung keberadaan koperasi yang bergerak diberbagai sektor untuk masuk dalam skala bisnis yang lebih luas, baik lokal maupun internasional supaya dapat tumbuh berkembang lebih optimal.
“Sumber utama penyokong ekonomi warga di daerah ini adalah kopi. Kami akan terus berupaya mendukung penguatan peran koperasi yang pada tujuannya nanti akan berperan penting dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi warga di sini,” sebut Shabela.
Kopi arabika gayo merupakan denyut nadi sumber penghasilan utama warga yang menetap di daerah pengunungan itu. Hadirnya Menteri Koperasi dan UKM telah memberi “setitik” asa bagi warga, bahwa kopi gayo akan terus menjadi perhatian semua pihak meski di tengah pandemi yang melanda.**Irwandi MN