Beranda BANDA ACEH

Mengenal Taufik Sang “Maestro” Catur Dari Aceh

BERBAGI

LANGKAH bidak caturnya sudah tak setajam puluhan tahun lalu. Usianya kini menapaki senja. Pun begitu, kecintaannya terhadap olahraga asah otak ini tak pernah memudar, jiwanya terus bergolak dan tetap berharap pecatur Aceh bisa sejajar dengan daerah lain di tingkat nasional.

Siapakah dia?  Pak Taufik demikian insan catur Aceh kerap menyapanya. Pria asal Meulaboh yang kini berdomisili di Sp. Surabaya, Banda Aceh ini telah mengabdikan sebagian besar hidupnya dengan bergulat di catur. Mulai jadi atlet hingga kini ia dipercaya sebagai pengurus di struktur Pengprov Percasi Aceh.

Meski kiprah sosok bersahaja itu belum pernah mencapai pristasi tertinggi di tingkat percaturan Aceh, namun ia begitu dikenal para insan catur di negeri Serambi Makkah ini. Kebiasaannya ngebayol dan ceplas ceplos menobatkan ia sebagai bapak catur yang suka ngelawak di mata penggemarnya.

Penulis sendiri pernah mengarungi sejumlah pengalaman dengan “maestro” catur bergelar WNP dari Aceh ini yakni ketika mengikuti Kejurnas Catur 2015 di Jakarta dan Porwil (Pra PON) di tahun sama yang di gelar di Tanah Laskar Pelangi, Bangka Belitong. Bahkan sebelumnya, pernah ngekos bareng dalam agenda traning centre (TC) persiapan pecatur Aceh menatap Pra PON yang dilaksanakan di Sabang.

Kesan suka duka dalam rentang waktu tersebut banyak menjadi catatan penulis. Taufik yang saat itu dinobatkan sebagai tim pelatih utama catur Aceh kerap memberi motifasi bagi atlet binaannya. Ada kalanya ia juga menjadi patner bertanding, walau kerap terseok tapi kebiasaannya ngombi secuil (kombinasi kecil-red) membuat lawan tandingnya blunder di atas papan.

Sok kali, orang tua di lawan. Kena’ kombi secuil aja kelabakan. Baru tau dia, kita dilawan,” ucap Taufik sembari menekan jam catur yang berdetak saat itu dengan memecah keheningan disertai baur gelak tawa para atlet yang terlibat yakni: Zulkhairi MF, Khairil Nardi MN, M Nasir, Musliadi, Marzuki Tarigan, dua pecatur putri Aceh dan penulis sendiri.

Lain pula ceritanya di saat tim Aceh ini “dikomandoi” M Hendrik FS MF saat uji coba usai TC Sabang di Jakarta. Kendali Taufik mulai “ciut”  di bawah semprotan sang Sekum Percasi Aceh ini. Meski demikian, ia tetap menjadi warna tersendiri dalam tim solid yang dibentuk.

“Siap Pak Sekum. Kalau kita mana ada, jika atlet ini main-main kita kirim pulang aja, suruh pulang berenang lewat Tanjung Priuk,” seloroh Taufik yang dibalas senyuman oleh M Hendrik.

Mungkin sosok Taufik hanya segelintir kisah dari sejarah panjang catur Aceh. Kemauannya dan pengabdiaannya yang luar biasa untuk catur patut dijadikan contoh. Di bawah kepelatihannya, 1 medali perak dan 3 perunggu berhasil ditoreh anak asuhnya di Pra PON 2015. Tentunya hasil tersebut juga tak terlepas dari peran sengenap Pengprov Percasi Aceh dan pihak terkait lainnya. [] ***Irwandi MN

Komentar Via Facebook

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here